Nopia Banyumas, Cemilan Renyah di Luar Lumer di Dalam

Nopia khas Banyumas yang punya sejarah dan filosofi unik. Dari proses tradisional hingga varian rasa kekinian, simak cara menikmati & tips menyimpan.
Nopia banyumas
Gambar nopia banyumas

Nopia adalah salah satu camilan khas Banyumas yang udah melegenda dari dulu sampai sekarang. Bentuknya bulat, kulitnya kering dan renyah, tapi pas digigit—lah kok isine manis legit, bisa gula merah, cokelat, sampe keju. Sederhana tapi ngangeni, nopia ini sering jadi oleh-oleh andalan wong-wong sing mampir nang Purwokerto lan sekitarnya.

Di daerahku nopia bukan cuma jajanan biasa. Nopia itu cerita, nopia itu warisan. Tiap gigitannya kayak ngingetin kita sama suasana kampung halaman—ngopi sore bareng simbah, ngemil sambil nonton sinetron, utawa dikado pas mantu. Pokokmen, rasane ora pernah nguciwani.

Lewat artikel ini, mornwish pengen ngajakmu kenalan luwih cedhak karo makanan nopia. Kita bahas sejarahnya, cara bikinnya yang unik, sampe varian rasa yang makin kekinian. Siap ayo langsung mlebu.

Asal Usul dan Filosofi di Balik Nopia

Jangan kira makanan nopia cuma sekadar jajanan. Di balik bentuk bulat dan rasa legitnya itu, nopia nyimpen sejarah panjang dan nilai budaya yang cukup dalam, terutama buat masyarakat Banyumas.

Dari Dapur Rakyat ke Camilan Legend

Nopia ini udah ada sejak zaman penjajahan. Dulu, camilan ini dibuat sama masyarakat lokal sebagai pengisi waktu saat malam panjang. Karena bahan-bahannya sederhana, tepung, gula jawa, dan sedikit garam. Nopia jadi camilan yang terjangkau dan bisa dibikin rame-rame. Warga desa biasa bikin nopia bareng-bareng, lalu dibakar dalam oven tanah liat tradisional yang ditaruh langsung di atas bara.

Kebersamaan saat bikin nopia ini lama-lama jadi budaya. Sampai sekarang pun, di beberapa kampung seperti di Desa pliken atau sokaraja, proses bikin nopia masih dilakukan bareng-bareng, dan itu jadi bagian dari kearifan lokal yang terus dijaga.

Dari Kata Nopia Hingga Jadi Identitas

Soal nama, ada yang bilang kata "nopia" berasal dari kata Jawa "no pia", yang artinya tanpa pia. Pia sendiri dalam bahasa tionghoa merujuk pada jenis kue isi kacang, dan bentuk nopia ini memang mirip pia, tapi isinya beda dan cara masaknya juga unik. Jadi, nopia bisa dibilang versi lokal dari pia yang udah disesuaikan sama lidah dan budaya banyumas.

Uniknya lagi, nopia dibakar bukan di atas loyang, tapi ditempel di dinding oven tanah liat yang panas. Mirip kayak cara orang Arab bikin roti naan. Teknik ini bukan cuma bikin kulitnya renyah, tapi juga bikin aroma nopia jadi khas banget.

Nopia dalam Kehidupan Sehari-Hari Orang Banyumas

Di Banyumas, nopia bukan cuma camilan buat ngemil. Banyak orang yang nganggep nopia itu simbol kehangatan dan kebersamaan. Biasanya, nopia dihidangkan pas ada tamu, disandingin sama teh panas atau kopi tubruk. Rasanya yang manis legit cocok banget buat ngobrol santai di teras rumah.

Bahkan, ada juga tradisi bawa nopia pas lamaran atau acara keluarga besar. Bukan buat makan rame-rame aja, tapi juga sebagai lambang niat baik dan niat serius dari pihak keluarga yang datang. Nggak heran, nopia udah dianggap sebagai bagian dari budaya Banyumas yang perlu dilestarikan.

Proses Pembuatan Nopia yang Unik

Salah satu hal paling menarik dari makanan nopia adalah cara bikinnya yang masih tradisional, bahkan cenderung unik. Bukan sekadar campur bahan lalu panggang kayak bikin kue biasa, tapi ada proses panjang dan teknik khas yang cuma bisa dikuasai sama tangan-tangan terampil warga banyumas.

Bahan-Bahan Sederhana, Tapi Harus Pas

Untuk bikin nopia, bahan utamanya sebenarnya sederhana banget. Yang paling dasar adalah tepung terigu, gula merah cair (kental) untuk isiannya, sedikit garam, dan kadang pakai baking soda atau minyak sayur buat bantu adonan jadi lentur. Ada juga varian modern yang mulai pakai isian seperti cokelat, kacang hijau, durian, bahkan keju. Tapi aslinya, ya tetap isi gula merah yang aromanya khas dan legit banget.

Yang bikin beda, proses mengolah adonannya itu nggak bisa sembarangan. Tepung dicampur air secukupnya sampai bisa dibentuk, lalu dipipihkan dan diisi cairan gula merah. Nah, ini yang tricky, gula merahnya harus kental tapi nggak boleh terlalu encer, biar nggak bocor pas dipanggang.

Teknik Panggang Nopia: Nggak Pakai Loyang, Tapi Dinding Oven

Nah, ini bagian paling khas dari pembuatan nopia, oven tanah liat. Bentuknya mirip gentong besar dari tanah, dan adonan nopia ditempelin langsung ke dinding bagian dalam oven yang udah dipanaskan dengan bara api. Teknik ini mirip cara bikin roti naan India atau khubz Arab.

Saat nopia nempel di dinding oven, panas dari bara api bikin kulitnya langsung kering dan mengeras, sementara isiannya di dalam tetap lembut dan lumer. Prosesnya cepat, tapi perlu kejelian dan kecepatan tangan biar adonan nopia nggak gosong atau jatuh dari dinding oven. Satu kali panggang bisa dapet puluhan nopia, tergantung ukuran ovennya.

Warisan Rasa dari Pengrajin Lokal

Sampai sekarang, pengrajin nopia di Banyumas, terutama di daerah Pliken, Sokaraja, dan sekitarnya, masih mempertahankan cara tradisional ini. Mereka belajar dari orang tuanya, dan diterusin dari generasi ke generasi. Anak muda pun banyak yang ikut belajar biar warisan ini nggak hilang.

Keahlian bikin nopia ini bukan cuma soal teknik, tapi juga rasa. Pengrajin lokal tahu betul kapan adonan udah pas, kapan gula cairnya terlalu encer, atau seberapa panas oven harusnya. Ini semua bukan ilmu dari buku, tapi dari pengalaman dan perasaan. Makanya, rasa nopia asli Banyumas tuh beda, ada “rasa kampung halaman” yang nggak bisa diganti sama mesin.

Varian dan Inovasi Rasa Nopia yang Bikin Penasaran

Dulu makanan nopia ya rasanya itu-itu aja: isian gula merah yang manis dan nendang. Tapi sekarang? Wah, dunia per-nopia-an udah makin rame. Banyak pengrajin lokal yang mulai berinovasi bikin varian rasa nopia kekinian, dan hasilnya bikin penasaran.

Dari Gula Merah ke Cokelat dan Keju

Versi klasik nopia tetap nggak tergantikan, dengan isian gula merah yang legit dan bikin hangat di tenggorokan. Tapi sekarang, kamu juga bisa nemu nopia isi cokelat, yang meleleh pas digigit, atau nopia keju yang gurih dan creamy. Bahkan ada juga nopia kacang hijau dan nopia durian buat kamu yang suka rasa unik.

Kalau kamu suka rasa yang nggak terlalu manis, ada juga nopia original tanpa isian, biasanya disebut mino alias mini nopia. Bentuknya lebih kecil, renyah, dan cocok banget buat cemilan sambil ngeteh atau ngopi. Mino ini juga jadi favorit buat anak-anak karena ukurannya pas buat sekali gigit.

Inovasi Rasa, Tapi Tetap Lokal

Walaupun variannya makin banyak, para pengrajin tetap mempertahankan ciri khas lokal Banyumas. Misalnya, cokelat yang dipakai bukan cokelat pasaran, tapi buatan lokal yang punya aroma khas. Atau, duriannya pakai durian asli dari sekitar Banyumas dan Baturaden yang aromanya kuat.

Beberapa rumah produksi nopia bahkan udah mulai ngembangin varian nopia rasa kopi, pandan, hingga taro buat menarik anak muda. Jadi, nopia sekarang nggak cuma buat orang tua, tapi juga buat generasi milenial dan gen Z yang suka jajanan tradisional dengan sentuhan modern.

Kemasan Kekinian, Cita Rasa Tradisional

Bukan cuma rasa yang diperbarui, tapi juga tampilannya. Kalau dulu nopia dikemas pakai plastik bening biasa atau daun kering, sekarang udah banyak yang pakai kemasan modern yang menarik, lengkap dengan branding dan logo yang eye-catching. Ini bikin nopia makin pantas dijual sebagai oleh-oleh premium khas Banyumas.

Tapi tenang, meskipun tampilannya lebih modern, rasa nopia tetap setia dengan akarnya. Renyah di luar, lumer di dalam, dan bikin kamu selalu kangen suasana kampung.

Tempat Membeli Nopia Asli Banyumas yang Wajib Dikunjungi

Kalau kamu main ke Banyumas atau sekitarnya, rasanya belum lengkap kalau belum bawa pulang makanan nopia. Nah, buat kamu yang pengin nyobain nopia asli dan masih pakai resep tradisional, berikut beberapa tempat yang wajib kamu kunjungi.

Sentra Nopia di Pliken, Sokaraja

Pliken, yang masuk wilayah Sokaraja, adalah jantung produksi nopia di Banyumas. Di sini, hampir tiap rumah punya tungku tanah liat buat memanggang nopia. Jalanan di kampung ini wangi banget waktu proses panggangan, aroma tepung yang gosong tipis dan gula merah yang meleleh.

Banyak pengrajin nopia di Pliken yang udah terkenal secara turun-temurun, dan kamu bisa beli langsung di rumah produksinya. Nggak cuma beli, kamu juga bisa lihat proses pembuatannya dari awal sampai matang. Bahkan beberapa tempat ngizinin pengunjung buat nyoba tempel nopia di dinding oven. Seru kan.

Pasar Tradisional dan Oleh-Oleh Khas Banyumas

Kalau kamu nggak sempat main ke Pliken, jangan khawatir. Hampir semua pasar tradisional di Purwokerto, Sokaraja, dan Banyumas pasti ada penjual nopia. Selain itu, toko oleh-oleh khas Banyumas juga banyak yang jual nopia dan mino dalam berbagai varian rasa dan kemasan modern.

Salah satu toko oleh-oleh yang cukup terkenal adalah toko nopia Pak Kasdi atau nopia Pak tino, yang udah berdiri sejak puluhan tahun lalu. Mereka masih pakai resep tradisional dan terkenal dengan kualitasnya yang konsisten.

Beli Online? Bisa Banget

Buat kamu yang tinggal di luar kota dan ngiler pengin nopia, sekarang banyak produsen lokal yang jual nopia lewat marketplace atau media sosial. Bahkan beberapa udah punya website sendiri. Tapi pastikan kamu beli dari produsen yang terpercaya, biar dapet rasa yang otentik, bukan sekadar nopia abal-abal yang diklaim khas Banyumas.

Tips Menikmati dan Menyimpan Nopia agar Tetap Nikmat

Nopia itu jajanan yang simpel tapi punya cita rasa yang khas. Kalau dinikmati dengan cara yang pas, nopia bisa jadi teman ngemil yang luar biasa. Nah, biar makin mantap, berikut beberapa tips buat kamu yang pengin menikmati dan menyimpan makanan nopia dengan cara yang bener.

Nikmatnya Nopia Ditemani Kopi atau Teh Hangat

Paling enak makan nopia itu sore hari, sambil duduk santai di teras rumah, ditemani secangkir teh nasgitel (panas, legi, kentel) atau kopi hitam pekat ala Banyumas. Perpaduan rasa manis dari gula merah nopia dengan pahitnya kopi atau teh itu bikin lidah “nglangut” alias nikmat tiada tara.

Kalau kamu suka minuman herbal, coba juga padukan nopia dengan wedang jahe atau teh serai, rasa manis dan hangatnya bakal saling menguatkan. Apalagi saat hujan turun, nopia dan teh anget itu kombinasi yang bisa mengobati rindu kampung halaman.

Cara Menyimpan Nopia Biar Tetap Renyah

Salah satu tantangan kalau nyimpan nopia terlalu lama adalah teksturnya bisa melempem. Supaya nopia tetap renyah di luar dan empuk di dalam, simpanlah dalam wadah kedap udara. Gunakan toples plastik atau kaca yang tertutup rapat.

Kalau kamu beli dalam jumlah banyak buat oleh-oleh, pisahkan nopia berdasarkan varian rasanya supaya aromanya nggak tercampur. Hindari menyimpan nopia di tempat yang lembab atau dekat sumber panas karena bisa bikin teksturnya berubah dan cepat basi.

Kalau nopia udah mulai melempem, kamu bisa panggang sebentar di oven atau air fryer biar renyahnya balik lagi. Tapi jangan terlalu lama, ya, nanti isinya malah meleleh keluar.

Sajian Nopia Buat Tamu dan Oleh-Oleh

Kalau ada tamu datang, sajikan nopia di piring keramik kecil atau nampan bambu biar kesan tradisionalnya makin terasa. Lengkapi dengan pot teh atau cangkir kopi, dan suasana obrolan dijamin makin akrab.

Nopia juga cocok banget buat oleh-oleh habis liburan dari Banyumas. Pilih kemasan modern kalau buat dikasih ke teman kantor atau saudara, tapi kalau buat nostalgia keluarga di rumah, versi yang dibungkus kertas atau plastik sederhana justru lebih ngena di hati.

Nopia, Oleh-Oleh Banyumas yang Bikin Kangen

Nah, itulah tadi cerita lengkap soal makanan nopia, si bulat keras luar, lembut manis dalam, yang udah jadi ikon kuliner Banyumas. Dari proses pembuatannya yang tradisional, filosofi yang dalam, sampai cara menikmatinya yang bikin momen santai makin istimewa, semuanya nunjukin kalau nopia bukan sekadar camilan biasa.

Kalau kamu main ke Purwokerto atau Banyumas, jangan lupa mampir ke kampung pengrajin nopia, atau setidaknya beli beberapa bungkus buat oleh-oleh. Rasanya bukan cuma enak di lidah, tapi juga kaya akan cerita dan budaya.

Yuk, lestarikan dan banggakan kuliner lokal kayak nopia ini, karena dari gigitan kecil, kita bisa ngerasain warisan besar dari tanah Banyumas. Sing penting, ora mung mangan, tapi uga nguri-uri kabudayan.

Hallo saya, penulis di Mornwish. saya memiliki hobi traveling, mencicipi makanan khas, dan menyukai dunia teknologi. Melalui situs ini, saya ingin berbagi informasi dan pengalaman seputar kuliner, perjalanan, dan teknologi yang bermanfaat bagi pembaca.