Geblek Khas Wonosobo, Camilan Gurih yang Melegenda dari Tanah Dieng
![]() |
Geblek wonosobo |
Geblek khas wonosobo jadi salah satu hal paling ikonik yang mornwish temukan waktu pertama kali menjejakkan kaki di kota ini. Bayangkan udara sejuk khas pegunungan, kabut tipis yang menyelimuti jalanan, dan aroma gorengan yang menggoda dari warung pinggir jalan, langsung bikin saya belok tanpa ragu.
Namanya lucu, bentuknya juga unik, tapi soal rasa. Jangan anggap remeh. Camilan sederhana dari tepung tapioka ini punya kenyal gurih yang bikin susah berhenti ngunyah. Rasanya makin lengkap kalau dinikmati hangat-hangat sambil duduk santai, lihat pemandangan bukit, atau ngobrol bareng warga yang ramah-ramah banget.
Kalau kamu punya rencana ke wonosobo, geblek wajib masuk daftar cemilan yang harus dicoba. Serius nggak nyesel.
Apa Itu Geblek
Jadi apa sih geblek itu. Secara singkat, ini camilan dari tepung tapioka yang dibumbui bawang putih dan garam, terus dibentuk seperti angka delapan lalu digoreng sampai kecokelatan. Teksturnya kenyal tapi nggak alot, bagian luarnya agak kriuk, dan rasa bawangnya mantap.
Kalau dibandingin sama cireng, geblek ini lebih ringan dan nggak terlalu padat. Camilan ini emang paling cocok disantap saat masih hangat, apalagi cuaca dingin dan kamu lagi nyari teman ngopi yang cocok.
Cerita di Balik Geblek
Waktu ngobrol sama salah satu ibu penjual geblek di pasar, saya dapat cerita kalau geblek udah ada sejak lama banget. Dulu, camilan ini dibawa para petani buat bekal ke ladang. Simpel, murah, mengenyangkan, dan nggak gampang basi. Bahkan sampai sekarang, geblek masih sering muncul di acara-acara hajatan warga.
Beberapa orang bilang nama geblek berasal dari suara plek-plek saat digoreng, tapi nggak ada yang benar-benar tahu pasti. Yang jelas, geblek udah jadi bagian dari keseharian warga wonosobo, dari generasi ke generasi.
Pembuatan Geblek: Simpel Tapi Penuh Cita Rasa
Bahan-bahannya nggak ribet:
- Tepung tapioka
- Bawang putih
- Garam
- Air
Adonannya dibentuk, lalu diamkan sebentar, baru digoreng. Nah, proses perebusan ini yang bikin geblek bisa digoreng ulang tanpa berubah rasa atau tekstur, praktis banget buat oleh-oleh.
Waktu mornwish coba bikin sendiri bareng warga, ternyata nggak semudah kelihatannya. Tapi serunya dapet, apalagi sambil ngobrol ngalor-ngidul soal wonosobo.
Geblek vs Cireng: Serupa Tapi Tak Sama
Kalau kamu mikir “eh ini mirip cireng ya?”, kamu nggak salah, tapi juga nggak sepenuhnya benar.
Geblek punya tekstur yang lebih empuk, bentuknya juga khas, biasanya melingkar atau membentuk angka delapan. Sementara cireng lebih padat, kadang diisi. Geblek punya karakter tersendiri yang bikin dia beda dari gorengan kebanyakan.

Di Mana Bisa Menemukan Geblek di Wonosobo
Salah satu hal terbaik dari kuliner khas wonosobo, gampang banget ditemuin. Geblek bisa kamu temukan di:
- Pasar Induk wonosobo (pagi-pagi udah banyak yang jual, masih anget)
- Warung Mbah Ndung di Kalibeber, legendaris dan katanya paling otentik.
- Pusat oleh-oleh sepanjang Jalan A. Yani banyak yang jual geblek mentah dalam kemasan.
Harganya ramah kantong banget. Mulai dari Rp5.000 untuk geblek goreng siap santap, sampai Rp25.000-an buat yang mentah dan bisa dibawa pulang.
Tips Nikmatin Geblek Biar Makin Maknyus
- Makan saat hangat-hangatnya. Teksturnya lebih pas dan aroma bawangnya lebih keluar.
- Pakai sambal bawang atau sambal kacang. Kombinasi ini wajib dicoba.
- Disandingin sama tempe kemul. Duet maut khas Wonosobo, percaya deh.
- Kalau bawa pulang, goreng dengan api sedang dan minyak banyak. Biar matangnya merata dan nggak keras.
Geblek: Oleh-Oleh Simpel yang Penuh Cerita
Buat mornwish, geblek itu bukan cuma soal rasa. Tapi juga soal suasana, kenangan, dan pengalaman. Makan geblek di wonosobo nggak bisa dipisahin dari hawa sejuknya, keramahan orang-orangnya, dan rasa damai yang cuma bisa kamu temuin di kota kecil di kaki gunung ini.
Jadi, kalau kamu lagi ada rencana jalan-jalan ke Dieng atau sekadar mampir ke wonosobo, jangan cuma sibuk cari mie ongklok atau carica. Sisihkan waktu buat duduk sebentar, cicipi geblek hangat, dan rasakan sendiri kenapa camilan ini bisa bertahan lintas generasi.
Karena kadang, yang paling sederhana justru yang paling mengena.
Gabung dalam percakapan